Senin, 06 April 2015

again

Mau kita ganti dengan istilah "ta'aruf", mau kita ganti dengan istilah "abi, umi" pas manggil pacar masing2, mau dilengkapi dengan kalimat, "aku sayang kamu karena Allah, dek", "eh, abi nonton juga ya film itu? subhanallah bagus ya." Mau boncengan motor sambil baca doa perjalanan, zikir, mau apa saja, JIKA sekali substansinya pacaran, ya tetap saja namanya pacaran.
Jangan dicampur2, jangan dibungkus2. Tidak ada solusi atas masalah "perasaan" selain: tinggalkan, sibukkan dengan hal2 positif atau segera saja sana menikah. Hanya dua itu pilihan bagi pria pemberani dan wanita tegas.
*Tere Liye


Rahasia Menjadi Hebat
Kita menjadi kuat,
Dari orang-orang yang menyakiti kita
Rasa sakit itu ibarat "racun" yang membuat kebal
Berdiri tegak melewati seluruh sesaknya
Kita menjadi bijak,
Dari orang-orang yang menghina kita
Setiap hinaan akan membuat kita paham
Toh, apapun yang kita lakukan, ada saja yang tidak suka
Kita belajar banyak,
Justeru dari orang-orang yang tidak sependapat dengan kita
Belajar dari sudut pandang mereka
Dijadikan masukan yang amat berharga
Kita menjadi pemberani,
Dari orang-orang atau situasi yang menganggap kita pengecut
Bahwa satu-satunya ketakutan yang harus dikalahkan
Justeru adalah rasa takut itu sendiri
Kita menjadi berharga,
Dari orang yang pergi meninggalkan kita
Pun dari orang-orang yang melupakan kita
Bahwa semua hal di dunia ini penting dan ada tujuannya
Tidak peduli jika orang lain telah pergi memilih yang lain
Sekecil apapun, semua tetap berharga
Anakku,
Sebagai penutup,
Ketahuilah,
Kita menjadi lebih bahagia justeru dari sesuatu yang tidak kita miliki
Ketika rasa syukur tetap menyertai
Melepaskan dengan tulus nan lapang
Sungguh tiada bahagia yang bisa mengalahkannya lagi
*Tere Liye
Sembilan dari sepuluh kecemasan muasalnya hanyalah imajinasi kita. Dibuat-buat sendiri. Dibesar-besarkan sendiri. Nyatanya seperti itu? Boleh jadi tidak.”

--Tere Liye, novel 'kau, aku & sepucuk angpau merah'.
Tidak semua orang mendapatkan pilihan pertama dalam hidup ini. Tapi kita bisa hidup sama bahagianya dengan mereka, meski hanya mendapatkan pilihan kedua, ketiga, atau bahkan keseratus-satu.
--Tere Liye, buku "Berjuta Rasanya"